begitu mudah menghakimi seseorang

Sebuah kisah dalam perjalanan hidup anak manusia, seringkali menjadi "pemberitaan" atau bahkan menjadi omongan yang bisa dijadikan sebentuk pelajaran atau hanya sebagai ajang "menumpuk dosa".

Entahlah, mungkin aku belum begitu paham, bagaimana seorang teman harus nya bersikap jika ada temannya berada dalam masalah yang tidak "kecil".
Sangat amat menyakitkan rasanya jika masalah itu menjadi sebuah ukuran dari sikap dan sifatnya, terlebih lagi jika hanya karena masalah itu, dia harus kehilangan teman-temannya.

Mungkin, ketika masalah demi masalah terjadi di awalnya, sang "terdakwa" sudah mencoba menyikapi -untuk menyelesaikan- masalah tersebut sendiri dan dengan caranya sendiri -dia yang paling paham masalahnya kan?- Lalu, ketika masalah itu tidak selesai dengan caranya sendiri, haruskah kita selaku orang-orang disekelilingnya mencoba menyelesaikan masalah itu dengan menghakimi dia??? tanpa tau sebab dan kenapa masalah itu tidak bisa selesai dengan cara dia menyelesaikannya.

Alangkah naifnya manusia, jika itu harus terjadi pada teman-teman disekelilingku.
bukan bersikap tanpa dosa, namun sebuah label kesetiaan seorang teman sedang diuji saat itu, ketika salah satu temannya manghadapi masalah besar, kemana kita yang harusnya berada di posisi pemberi dukungan, masukan, kritikan dan saran serta pemberi solusi untuk masalah demi masalah yang dihadapi.

Setelah pergi dari hidupnya dengan meninggalkan luka - baik karena makian kita atas tingkahnya, kritikan pedas karena menganggapnya tidak beri'tikad baik untuk menyelesaikan masalahnya, atau pun menganggap dia tidak melakukan apapun- kemudian ketika dia memilih untuk tidak lagi menganggap dia memiliki tempat bercerita, kita datang dan marah-marah -untuk sebuah pengakuan status "akulah teman mu yang paling baik".

Harusnya, ketika itu seorang yang kita sebut teman, memiliki problema hidup yang tidak mudah, kita layaknya akan mampu berjiwa besar, untuk melihat terlebih dahulu "dua sisi mata uang yang memiliki keunikan yang berbeda", barulah kemudian kita akan mencari solusi dimanakan posisi kita sebagai seorang teman dan bagaimanakah kita harusnya bersikap.

Jika saja, suatu hari nanti, masalah yang dihadapinya sekarang berbalik menjadi masalah kita, lalu teman disekeliling kita bersikap seperti sikap kita saat ini, bagaimana rasanya hati saat itu?

Pertanyaan yang kadang berbalik arah ini seringkali menjadi sebuah simalakama bagi hidup kita saat ini. Aku sebagai anak manusia yang memiliki sisi pemahaman yang berbeda juga, sampai saat ini masih amat sangat awam dengan bentuk "sikap seorang sahabat terhadap sahabatnya dalam segala situasi". Semoga saja suatu hari nanti kita semua akan menjadi bijak dalam menghadapi segala problema hidup dan mampu menjadi seorang sahabat yang baik bagi sahabat-sahabatnya di kehidupan dunia yang sementara ini.

Comments

Popular posts from this blog

Dia... seorang sahabat

Kehilangan